Rumah
Pohon Merindu
"Kami Hanya Ingin Bersahabat,Berikan Hak Kami Untuk Hidup Di Hutan Ini"
Disana dihutan hijau ada
sebuah rumah pohon berkilau cahaya matahari Berdinding ranting kering, beratap daun pisang, berlantai daun kelapa.Kudekati dan kuamati terlihat seekor orangutan sedang duduk menatap sedih Wajahnya dibalut darah mulai mengering, matanya berlinang berbaur duka Kudekati dia, kucoba tersenyum padanya, dan kulambaikan tanganku untuknya Bagaikan didunia hutan ajaib, dia mulai bicara padaku dan aku pun mengerti Jiwaku bergetar, terdengar suaranya yang melirih memilu perih, Dan akupun lemas
berlutut, mendengarkan bisikan berucap pilu.
Hey manusia!
Ceritakan duka lara dari rumah pohon ini
kepada manusia-manusia Aku seorang induk orangutan yang sedang berduka nestapa tidak terobati.
Kemarin ada sekelompok manusia telah menembak mati pasanganku kejantungnya Mereka menyeret bangkai pasanganku, ditaruhnya keatas truck, lalu dibawanya pergi Yang tersisa hanya ceceran darah merah menggenangi daun kering dan patahan ranting. Kusentuh darah segar itu, lalu kuusapkan darah segarnya diwajahku ini, Tak akan kubasuh sampai mengering, kutunggu jiwanya datang tuk membasuh wajahku.
Kemarin ada sekelompok manusia telah menembak mati pasanganku kejantungnya Mereka menyeret bangkai pasanganku, ditaruhnya keatas truck, lalu dibawanya pergi Yang tersisa hanya ceceran darah merah menggenangi daun kering dan patahan ranting. Kusentuh darah segar itu, lalu kuusapkan darah segarnya diwajahku ini, Tak akan kubasuh sampai mengering, kutunggu jiwanya datang tuk membasuh wajahku.
Dan akan kusapa dia dengan
nada-nada syair cinta dari sanubariku nan tulus Selamat jalan pasanganku, menarilah dicahaya rembulan disetiap purnama tiba
Niscaya wajahmu kan tergambar terang disela-sela indahnya kilauan rembulan malam. Dan biarkan aku memandangimu dari bumi hutan hijau rumah kita.
Hey manusia!
Kemarin ada sekelompok manusia telah merampas
anakku dari pangkuanku. Dia anak lelakiku satu-satunya, dia tampan berbulu coklat
panjang berkilauan memikat. Dia senang bergelantung bermain ceria dipundakku
diselingi suaranya yang lucu. Tangan jemari mungilnya mulai pintar memetik buah
yang segar dari pepohonan.
Aku rutin bercerita buaian
malam untuk menghantarnya tertidur dipangkuanku. Dikala dia bermimpi, kusentuh bibirnya yang selalu tersenyum walaupun dalam tidurnya, Lihatlah keatas pohon, disana ada rumah pohon sulamanku buat
anak lelakiku. Bersusah payah aku menyulam ranting-ranting kering demi sulaman
cantik pelindung. Air mataku akan menghujani rumah pohon ini, sampai luka
hatiku tersulam indah lagi. Akan selalu kujaga rumah pohon ini, sampai pada hari anakku
pulang kembali.
Hey manusia!
Kami hanya ingin bersahabat, berikan
hak-hak kami untuk tinggal nyaman dihutan ini
Hey manusia!
Hey manusia!
Dengarkan rintihan seorang induk orangutan
ini, kembalikan anakku kerumah pohon ini.
Hey manusia!
Jikalau ada sebuah rumah yang merindu,
disini rumah pohon inilah yang merindu
Aku induk orangutan yang ketakutan, suaraku
memilu perih. Dengar bisikan puisiku pilu membiru, dan resah merana. Lihat
rumah pohon diatas sana berkilau cahaya mentari pagi Berdinding ranting kering,
beratap daun pisang, berlantai daun kelapa Kuanyam rumah pohon pelindung
anakku, dan tempat kami berkumpul, Ketika sekelompok manusia kejam merampas
anakku dari pangkuanku Jiwaku bergetar, dan akupun lemas berlutut pasrah Terkenang
dia senang bergelantung bermain ceria dipundakku Dia berbulu coklat halus, dan
sorot matanya tajam berbinar-binar Jemari mungilnya mulai pintar memetik buah
segar dari pepohonan Cerita buaian malamku selalu menghantarnya tertidur dalam
pelukku. Air mataku tak terbendung, sampai luka hati ini tersulam rapat lagi.
Hei Manusia!
Kembalikan anakku kerumah pohon ini Jikalaulah
ada rumah yang merindu biru. Disini rumah pohon inilah yang merindu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar