firmana_putra@rocketmail.com

Kamis, 20 Desember 2012

Detik-detik Pilkades Buluhcina


Asal mula berubahnya “Politik” menjadi “Perang

Pesta demokrasi Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Buluhcina sebentar lagi akan di mulai, sebuah kegiatan politik praktis dalam rangka merebut tampuk kepemimpinan politik di desa mulai di dengungkan, aroma politik di sudut-sudut kampung tercium sudah.
Dalam pilkades berbagai kegiatan politik dilakukan dan diarahkan untuk mendapatkan keuntungan politik masing-masing calon kepala desa. Sebetulnya banyak cara (how) yang bisa digunakan oleh calon kepala desa untuk meraih kekuasaan, dan tidak mengarah kepada kepentingan perorangan atau kelompok.
Dalam bukunya strategi politik (2003) Peter Schoder mengatakan bahwa “kita tidak mungkin disukai oleh semua orang”, kampanye politik bukanlah situasi perang, tetapi kata Schoder, Setiap ide politik yang di kemukakan oleh seseorang atau sebuah kelompok akan memecah masyarakat ketika ide itu di umumkan,
Hasil penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2005 menunjukkan bahwa tiga faktor yang menyebabkan komplik antar elit politik, yang kadang bisa berubah menjadi konflik fisik antar masa pendukung. Faktor itu meliput, Pertama, pluralisme indentitas dan beragamanya kepentingan politk serta sumber daya politik yang terbatas. Kedua, pergeseran petronase politik ditingkat lokal menyebabkan persaingan elit politik antar elit lokal dalam mengisi jabatan-jabatan kekuasaan, dan ketiga, transisi politik dan intervensi elit nasional yang bisa pertrungan elit menjadi pertarungan terbuka.
Politik  memang bukan perang, tetapi efek dari situasi yang diciptakan bisa berubah menjadi perang ketika dijadikan sebagai arena untuk membantai lawan politk tampa etika dan sopan santun politik.
Kampanye politik merupakan sebuah upaya untuk mempengarhi pemilih supaya menentukan pilihan sesuai dengan tujuan sang kandidat. Oleh sebab itu, sering kali kampanye politik diisi dengan penyerangan terhadap pribadi-pribadi kandidat dan pendukungnya dengan membuka keburukan-keburukan dari segala dimensi.
Dalam beberapa kasus yang terjadi dalam dasawarsa belakangan ini, arena politik yang diinginkan masyarakat sudah berubah menjadi arena dalam mempertahankan ego individualis dan cendrung mengabaikan kepentingan khalayak. Bagaimana tidak sebab dari pada terhambatnya suasana damai politk dan suksesnya  pesta demokrasi di karenakan adanya kepentingan terselubung, tentu tidak diinginkan terjadi pada plkades  Buluhcina mendatang.
Politik memang panas dan terkadang kejam, namun itu perlu pembenahan secara mendasar. Buluhcina perlu adanya perubahan, perlu pemimpin yang tegas yang mampu mempertahankan kepentingan rakyat, memberi yang terbaik bagi masyarakat dan kampung halaman. Siapaun yang terpilih menjadi kepala desa Buluhcina mendatang itulah pemimpin baru kita.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Design By:
SkinCorner