(Fidayan,
Palembang,april 1994, “cerita dari hutan bakau”)
Boleh
jadi pecahan bintang mencium bumi,,Sehingga seluruh jura punah..
Toh
kalau pun Dino ada..Tidak cukuplah belantara rimba tempat makannya..
Dan
jika Tirex ada, tak lagi kan kita lihat se kawanan gajah..
Segerombolan
srigala..
Sekelompok
Bison..
Ataupun
sekandang kambing…..
Alam
memang telah tentukan…Tuhan memang telah gariskan begitu…
BUKANKAH
Angrek
hitam dimakan kancil..
Kancil
dimakan cobra…
Cobra
di makan rajawali…..
Rajawali
di makan dekomposer…
Pengurai
menyuburkan tanah….
Tanah
menghidupkan beringin putih…
Dan
damailah dunia dengan sikliknya….
HARUSKAH
Reflesia
habis karena indahnya…
Harimau
mati karena belangnya…
Badak
mati karena culanya..
Gajah
mati karena gadingnya..
Tak
dapatkah kita biarkan…
Mereka
mati karena ayahnya….
Kalaulah
Galapagos hangus..
Hingga
kita tak dapat lihat kura-kura lagi…
Kalaulah
cinta meluluh tantahkan hutan bamboo..
Sehingga
kita tak dapat lihat panda lagi..
Kalaulah
semenanjung harapan tenggelam ke dalam lautan….
Sehingga
kita taak dapat lihat gajah lagi…
Namun
jangan biarkan Sumatra tampa harimau…
Ujung
kulon tampa badak,…
Pulau
komodo tampa biawak besar….
Sulawesi
tanpa anoa….
Irian
tanpa Cendrawasi…
Dan
bumi harus tetap kaya dengan flora..
Dengan
fauna…
Dengan
Manusia….
Namun
bumi punya derita…
Sejuta
gunung sulfur, namun bumi tetap berkurap…
Semilyar
hektar pohon kina, namun bumi tetap malaria….
Se
benua es tak mendinginkan dunia….
Karena
di bumi banyak yang menganga..
Mulut
yang menganga..
Kepala
yang menganga….
Padahal
bumi engggan semua yang mengangaa…..
Kalau
bulan butuh malam…
Kalau
matahari butuh siang….
Bumi
butuh flora…
Bumi
butuh fauna….
Bumi
butuh manusia….bijaksana..
Biarkan
angin datang dikala gerah…
Biarkan
air datang dikala kering…
Biarkan
api datang dikala dingin..
Biarkan
bumi seindahnya…..